Friday, December 18, 2009

Bersepeda Menjadi Kian Gaya



Jalanan macet, bahkan trotoar penuh pesepeda motor. Namun, Yudhistira Ahmad (17) tidak ambil pusing. Sepedanya ia lipat, sehingga bisa dijinjing. Dan, dengan mudah kemacetan ditinggalkannya.

Gaya betul dia. Ya, sepeda lipat (folding bike) yang dipakai Ahmad adalah revolusi terbesar pada desain sepeda. Desain kini menjadi keunggulan alat transportasi kayuh ini, mengalahkan sepeda motor, bahkan mobil sekalipun.

Sepeda yang kita kenal dewasa ini memiliki desain yang beragam. Tidak lagi sekadar roda dan besi. "Desain sepeda sangat evolutif, terus berkembang pesat dari waktu ke waktu," tutur Dudy Wiyancoko, pemerhati desain sepeda dari Institut Teknologi Bandung.

Bahkan, sepeda dewasa ini telah menjelma sebagai alat penunjang gaya hidup kaum urban. Ini terjadi karena setiap jenis sepeda yang didesain juga mengangkat nilai identitas diri.
Sepeda kini didesain untuk siapa dan gaya hidup apa. "Misalnya, sepeda gunung untuk orang yang menjunjung tinggi maskulinitas, berbeda dengan pesepeda lipat yang menyukai
kepraktisan," ucap Ketua Kelompok Keahlian Manusia dan Produk Industri ITB ini.

Untuk merangsang kreativitas desain sepeda, pabrikan sepeda Polygon bekerjasama dengan ITB kerap melakukan lomba desain sepeda. Yang terakhir adalah Polygon International Bike Design Competition 2008 yang digelar tahun lalu. Dalam perhelatan ini dihasilkan banyak desain yang sarat unsur kontemporer dan identitas diri.

Troika, karya P. Megawati dari Bandung sebagai contoh, didesain khusus bagi para maniak belanja, karena sepedanya memiliki kotak belanja di belakang. Ada pula desain sepeda yang bisa mengangkut sound system, laptop, bahkan tempat selancar!

Pada Polygon Bike Design Competition 2007, terobosan baru desain sepeda, yaitu Amoebike, diperkenalkan. Desain karya mahasiswa ITB, Ryan Satya, ini memadukan sekaligus fungsi sepeda dan otoped. Hak paten atas desain ini dibeli oleh Polygon dan diproduksi dalam skala prototipe.

Memang, untuk diproduksi massal belum bisa dilakukan karena desain-desain ini bagi masyarakat sekarang mungkin masih dalam tahap imajinasi. "Tetapi, ya begitulah desain, kadang jauh melampaui bayangan masyarakat," ujar Dudy.
Sepeda di masa sekarang telah dikomodifikasi sebagai media interaksi sosial dan memberikan gengsi. Di Indonesia sepeda menjadi produk gaya hidup, alat fesyen, juga media sosial. Komunitas-komunitas terbangun dari kebiasaan baru bersepeda, ungkap penggemar olahraga sepeda santai ini.

Bahan pesawat terbang

Bagaimana tidak memberi gengsi jika harga sepeda tipe high end saat ini bisa menyamai harga sebuah mobil. Sebagai contoh, sepeda jalanan tipe Helios 900 Polygon harganya bisa mencapai Rp 61,6 juta.

"Bahannya terbuat dari karbon. Rebutan dengan industri pesawat terbang jadinya," tutur R. Rianto, Marketing Toko Makmur Sentosa, salah satu dealer Polygon di Bandung.
Sepeda berangka karbon ini selain kuat, juga ringan. Berat total rangkanya hanya 1,5 kilogram. Tidak lebih berat dari ban sebuah sepeda motor. "Dalam keadaan normal, bahan macam ini kuat jika terjadi benturan keras," tuturnya.

Ia mengatakan, pangsa pasar sepeda high end di tokonya mencapai 15-20 persen. Konsumennya kebanyakan pehobi atau para eksekutif. "Kebanyakan mereka sebelumnya sudah memiliki sepeda yang lainnya," ucapnya.

Tidak diragukan lagi, sepeda dewasa ini telah menjadi simbol dari gaya hidup kaum urban. Bukan lagi sekedar alat transportasi roda doa yang kuno...(Yulvianus Harjono - Kompas)

0 comments:

Post a Comment

About This Blog

Blog Archive

  © Blogger template PingooIgloo by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP